MORUT, KABARINSPIRASI – Komandan Kodim Morowali dan Morowali Utara Letkol Inf C Rusmanto memastikan situasi keamanan di dalam area usaha maupun seputaran industri pengolahan nikel PT. Gunbuster Nickle Industry (GNI) di Desa Bunta, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, sudah kondusif. Operasi penambangan oleh perusahaan milik investor asing ini pun akan segera dijalankan krmbali. “Suasana di GNI sudah kondusif. Mari kita sebarkan ini kepada masyarakat supaya jangan ada lagi yang takut dan berencana meninggalkan tempat bekerja, sehingga GNI segera bisa beroperasi kembali,” kata dia dalam pertemuan dengan Camat Petasia Timur dan para kepala desa serta tokoh masyarakat dari desa-desa lingkar tambang GNI di Kantor Bupati Morut di Kolonodale, Senin (16/1). Pertemuan ini dipimpin Sekda Morut Musda Guntur dan dihadiri Kapolres AKBP Imam Wijayanto serta Manager Human Resources and General Affairs PT. GNI, Muknis Basri Asegaf.
Menurut Dandim, masih ada isu beredar bahwa suasana di GNI masih mencekam. “Itu tidak benar,” tandasnya. “Jaminan kepastian keamanan ini juga perlu disebar ke wilayah lain. Karena pasca kejadian, jujur saja, ini sangat memengaruhi investasi besar di Morowali,” sambung Rusmanto.
Mengenai upaya pemulihan, kata Dandim, yang paling penting adalah bantuan dari camat dan para kades untuk mengimbau warga dan tokoh-tokoh masyarakat, termasuk pendatang di wilayah masing-masing agar tidak terpancing dengan isu-isu negatif yang masih terus beredar. “Ini sebenarnya aksi damai yang dilakukan oleh pekerja tapi ditunggangi untuk kepentingan lain. Ada upaya membuat konflik SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), baik di dalam Morut sendiri maupun antara Tenaga Kerja Asing (TKA) dan karyawan WNI. Mohon bantuan camat dan kades untuk mencegah masalah seperti ini,” sebut Dandim.
Dia bilang bahwa peristiwa di GNI pada Sabtu (14/1), sangat memengaruhi kepercayaan investor terutama perusahaan-perusahaan besar yang sedang menanam modal di Morowali dan Morut. Ia prihatin karena aksi anarkis di GNI ini telah membuat GNI dengan 11.000 karyawan serta pihak kontraktor dengan 3.000 karyawan terpaksa menghentikan aktivitas mereka. “Dampaknya sangat luas, tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga masyarakat. Saya lihat tadi, warung-warung dan kios-kios yang sebelumnya ramai, semuanya sepi. Rumah-rumah kos juga kosong, dan banyak masyarakat lain yang terdampak usahanya,” ujar perwira TNI dua melati ini. TNI, kata Dandim, siap mendukung Polri dan jajaran keamanan lainnya untuk menciptakan suasana kondusif, baik di dalam area operasi GNI maupun di seputaran lokasi industri.
Sementara Kapolres Morut Imam Wijayanto mengatakan bahwa Polri sudah menambah personel pengamanan di dalam GNI dan siap mengerahkan tambahan personel dari luar Sulteng bila masih diperlukan.
Ditempat yang sama, Manager HRGA PT. GNI, Muknis Basri Assegaf berterima kasih atas kesigapan aparat menangani kasus yang terjadi sehingga situasi segera dapat di kendalikan dan dinormalisasi. “Kami berharap bisa beroperasi kembali secara normal dalam beberapa hari ke depan,” ucapnya.
Dirinya meminta dukungan para kades di lingkar tambang untuk menyosialisasikan kepada warga agar dapat menjaga kondusifitas di GNI. “Saya melihat orang-orang yang melakukan tindakan anarkisme itu bukan karyawan yang berasal dari desa-desa lingkar tambang, tapi dari luar, entah dari mana mereka,” bilang Muknis.
PT. GNI adalah salah satu bagian dari proyek strategis nasional Indonesia di bidang hilirasi minerba, yang menginvestasikan dananya sekitar 3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 40 triliun untuk membangun smelter pegolahan nikel menjadi feronikel dan berbagai produk barang jadi berbahan baku nikel. (yan)