POSO, KABARINSPIRASI – Kodim 1307 Poso sedang gencar melakukan sosialisasi tentang larangan membuang bangkai hewan ternak, termasuk babi, di danau dan sungai. Sosialisasi dilakukan kepada seluruh masyarakat Poso, khususnya para peternak. Demikian disampaikan Komandan Kodim (Dandim) 1307 Poso, Letkol Inf Hasroel Tamin, Kamis (8/6). “Kita sudah merespon kasus pembuangan bangkai hewan ternak (babi) yang mati karena serangan virus ke danau dan sungai Poso dengan melakukan sosialisasi dan imbauan agar bangkai ternak tersebut sebaiknya dikubur dalam tanah,” katanya pada wartawan di Makodim Poso. Kasus bangkai hewan ternak babi di buang ke danau dan sungai Poso viral di media sosial dan menimbulkan keresahan masyarakat karena khawatir berdampak pada kesehatan manusia. “Kita bertindak agar tidak ada lagi bangkai hewan ternak dibuang di danau atau sungai. Kalau bangkai hewan sudah tidak ada lagi di danau dan di sungai, tentu masyarakat akan kembali tenang dan nyaman,” ujar perwira dua melati ini.
Selain sosialisasi, Kodim Poso juga melakukan patroli air di wilayah danau dan aliran sungai Poso. Patroli dimaksudkan untuk menangkap dan sekaligus menguburkan bangkai hewan yang kemungkinan sudah terlanjur dibuang warga ke dalam danau atau sungai. Kata Dandim Hasroel, kegiatan sosialisasi dan patroli tersebut melibatkan Koramil dan Babinsa di semua wilayah lingkar danau Poso dan aliran sungai Poso. “Di luar wilayah danau dan aliran sungai Poso, anggota kita juga melakukan sosialisasi di wilayah lain yang penduduknya banyak beternak hewan (babi),” tambahnya. Dalam melakukan aksinya di lapangan, anggota TNI Kodim Poso dan Babinsa di perintahkan untuk segera menguburkan bangkai hewan ternak yang ditemukan. “Tentu pelaksanaannya di lapangan anggota saya, Babinsa saya, melibatkan pihak lain. Yaitu pemerintah desa dan tentunya juga warga setempat,” ujar Dandim. Keterlibatan pemerintah dan warga dimaksudkan untuk mempermudah penanganannya, mengingat keterbatasan kemampuan anggota di lapangan.
Diketahui sudah ada ribuan hewan ternak babi di Poso yang mati karena terserang virus. Virus yang telah membunuh secara massal ternak babi di Poso bernama African Swine Fever (ASF). Virus ASF ini sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 %. “Virus African Swine Fever (ASF) sangat tahan hidup di lingkungan serta relatif lebih tahan terhadap disinfektan,” bilang Kadis Pertanian Poso, Suratno. Hasil penelitian lapangan Distan, bahwa kematian ternak babi ini mulai terjadi saat Hari Raya Nyepi di Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara. Disana, dalam kurun waktu dua malam terjadi kasus seribuan ternak babi milik warga mati di kandang. “Kematian massal terhadap hewan ternak, dalam waktu dua malam, seribu ekor ternak babi berbagai ukuran dan umur mati di kandang, masing-masing dari yang masih genjik (anakan) sampai umur dewasa, jantan maupun betina,” ungkapnya.
Diduga sebagian peternak membuang bangkai babi yang mati terpapar virus ke dalam Danau Poso dan aliran sungai Poso. Kondisi tersebut membuat resah masyarakat, khususnya masyarakat yang bermukim di wilayah dalam Kota Poso. Mereka khawatir bangkai tersebut bisa berdampak negatif langsung pada kesehatan karena air PDAM yang dikonsumsi bersumber dari air sungai Poso. Kekhawatiran warga kota Poso ini pun viral di media sosial Facebook. (yan)